Penulis: Hendrik
ITULAH yang dilontarkan seorang pekerja buruh angkat barang di pelabuhan laut Manokwari. Dia yang begitu malu menyebut namanya itu hanya ingin menyampaikan kepada pemerintah bahwa pandemi Covid-19 benar benar membuat dia begitu tertekan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Bagaimana tidak, jumlah barang yang harus dia pikul ketika kapal Pelni bersandar di Pelabuhan Manokwari, mendadak hilang diawal awal pemerintah menutup akses transportasi penumpang kapal laut.
Dia yang sekali kapal masuk bisa mendapatkan upah pikul barang sekira Rp 200.000 sampai Rp 300.000 itu tiba tiba harus menerima kenyataan saat akses transportasi laut kembali dibuka.
“50 dan paling tinggi 100 ribu. Penumpang juga terbatas, mungkin karena berbagai pembatasan jadi tidak banyak penumpang dan barang bawaan. Kecuali barang barang pesanan pemilik pengusaha,” tuturnya.
Di awal awal ketika akses transportasi laut ditutup juga, dia ingin mencoba beralih menjadi seorang pejasa ojek. Tapi dia sadar pemasukan pun akan seadanya. Aktifitas warga diawal awal pemberlakuan tanggap darurat menurutnya tak seperti biasa.
“Mau ngojek harus urus helem dan pasti bayar. Saingan ojek lain banyak, aktifitas masyarakat terbatas. Toko sebelum malam sudah tutup. Ketika malam jalanan sudah sepi. Itu jadi satu kendala yang saya pikir,”akunya.
Disatu sisi, kebutuhan ekonomi keluarga wajib dia penuhi. Memang kata dia, saat pemberlakuan itu diterapkan pemerintah, berbagai bantuan sembako dari pemerintah dan pihak pihak lainnya berdatangan.
“Kalalu ditanya cukup atau tidak, ya jelas tidak cukup. Tapi setidaknya pemerintah dan berbagai pihak telah hadir untuk bisa meringankan beban masyarakat. Terimakasih untuk semua itu,” tuturnya.
Kini, pembatasan mulai dilongarkan. Kapal telah kembali bersandar meski penumpang tak selalu membludak seperti biasa. Dia yang tak berpendidikan tinggi itu berharap semua kembali normal dimana tak ada lagi bayang bayang Corona Virus dalam segala aktifitas masyarakat.
“coba lihat ini. Penumpang sedikit, buruh bagasi banyak. Kadang tidak dapat barang untuk dipikul. Harapan saya, Corona ini cepat berlalu. Kami ingin hidup normal seperti sediakala. Tidak ada lagi pembatasan, tidak ada lagi aturan aturan mengikat yang dapat mengurangi pendapatan kami. Tidak adalagi pembatasan penumpang maupun kapal, agar pendapatan kami pun kembali normal. Semoga diawal tahun 2021 semua kembali ke sediakala,” harapnya sembari menunjukan kondiai pelabuhan Manokwari saat KM. Labobar bersandar, Sabtu (28/11/2020) pagi tadi. Memang fakta demikian, pelabuham nampak sepi penumpang di jelang Desember yang seharusnya ramai seperti tahun tahun sebelumnya.