Itulah ungkapan Ariel Wanma, seorang wartawan senior di Manokwari yang merupakan pensiun dari LPP RRI.
Ditemui di kediamannya di Wosi Taman Ria tepat di perayaan Hari Pers Nasional (HPN) ke 75, selasa tadi, Ariel yang sudah tak muda lagi itu mengapresiasi kerja kerja pers di era digital saat ini yang menurutnya jauh dari jaman yang mereka jalani saat itu. Jauh lebih lincah dan jauh lebih cepat memberitakan sebuah informasi.
“Dulu itu kita liputan di tengah kesunyian. Bawa peralatan pemancar yang hanya beberapa kilo. Jauh sekali dengan era digitalisasi yang terjadi saat ini,” ujarnya.
Kesunyian itu bagi dia masih terjadi hingga saat ini. Bukan lantaran sunyi dari keramaian, melainkan antara ada harapan dan tidak.
“Teman pers saat ini kebanyak kerja dijalan yang sunyi antara ada harapan dan tidak, tergantung orang pada ingat mereka atau tidak. Ada yang ingat, tapi lebih banyak yang lupa. Oleh sebab itu, perusahaan pers yang mempekerjakan mereka jangan sampai ikut-ikutan lupa dengan kesejahteraan mereka,” ujarnya.
Bagi dia, menjadi wartawan itu adalah seni dan membuat seorang wartawan menjadi terdidik setiap saat. Itu sebabnya, meski berada di jalan yang sunyi, seseorang wartawan sejati tetap mencintai profesinya.
“Seperti saya, walaupun sudah purna tugas, saya tetap cinta dunia pers sampai hari ini. Itu karena menjadi wartawan itu adalah seni. Bangga saya itu ketika hasil karya dibaca atau didengarkan orang lain laku dihargai hasil karya itu,” ujar Wanma di kediamannya.
Pria kelahiran 9 Juni 1954 berharap wartawan di era digitalisasi saat ini tidak melupakan pentingnya sebuah keberimbangan dalam setiap berita yang disajikan.
“Saya harap wartawan sebagai pemersatu bangsa, tetap menyuarakan aktualisasi pembangunan, dan menjadi jembatan yang baik bagi setiap komponen. Dan ingat, keberimbangan berita itu sangat penting agar apa yang disajikan tidak merugikan salah satu pihak,” terangnya. Apalagi di masa pandemi saat ini. Dibalik keterpurukan ekonomi yang juga menghantui perusahaan pers, ada sajian informasi yang dinantikan masyarakat, termasuk yang berkaitan dengan pandemi saat ini. Apalagi, terpecah belah sebuah bangsa bisa terjadi karena segala sektor, termasuk ekonomi.
“Tetaplah semangat dan bekerja di masa pandemi. Meskipun kalian kuli tinta, tapi ingat, kuli tinta memiliki peran besar terhadap bangsa dan negara. Jaga moralitas dan mentalitas agar profesi wartawan terus dijunjung tinggi dimata siapapun,” pesannya pria yang lantaran profesi wartawan, dia memiliki banyak kenalan dan mitra, bahkan karena tugas peliputan, dia bisa menginjakan kaki di berbagai daerah, termasuk Istana Presiden dan juga Yerusalem.
“Yang kalian harus milik saat ini bukan sekedar peralatan liputan, tapi juga kepekaan terhadap kondisi daerah, lalu menangkalnya dengan tulisan kalian agar, peran pera benar benar terwujud,” tambahnya.
[Njo]